PENJUAL KERUPUK
KELILING DUNIA
-Sadam Rahmadianto-
Keringat deras mengalir di tubuh anak muda itu. Dia
mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga dan melaju sangat kencang. Dia sedang
mengejar waktu, dia sedang berpacuh dengan waktu. Dia harus melaksanakan
kewajibannya sebagai seorang anak dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
pelajar. Semua kewajibannya dilaksakannya dengan penuh semangat untuk meraih
cita-citanya yaitu mengelilingi dunia dengan usahanya sendiri. Dialah Amin
pemuda penjual kerupuk yang tak kenal kata menyerah.
Fajar mulai terbit, malam yang menyisahkan kabut yang
sangat tebal, udara dingin menyelimuti kegelapan, Amin, ayah dan ibunya
bersama-sama membuat adonan kerupuk untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari.
Memulai dengan mencampurkan semua bahan yang telah diracik dan menaruh harapan
agar semua kerupuknya terjual. Paginya Amin mengantar semua kerupuknya ke toko
dan warung-warung untuk dititipkan agar mudah terjual secara merata dan
malamnya dia mengambil hasil penjualan kerupuk dimasing-masing toko. Dengan
sepeda ontelnyalah Amin pergi mengantar semua kerupuk itu. Setelah mengantar
semua kerupuk tersebut Amin harus melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar
sekolah menengah atas di Kabupaten Malang. Ia harus datang kesekolah tepat
waktu oleh sebab itu Amin harus mengantar semua kerupuknya sebelum sang surya
memancarkan sinarnya yang menandakan dimulainya aktifitas manusia.
Disekolah, Amin terkenal sebagai anak yang pandai dan
disiplin. Guru-guru di sekolanya sangat mengerti keadaan ekonomi keluarga Amin.
Mereka selalu memberi motivasi kepada Amin agar Amin tetap semangat dan dapat
meraih cita-citanya dengan semangatnya yang pantang menyerah. Tapi mirisnya ia
sering diejek teman-temannya karena anak orang miskin yang bekjerja sebagai
punjual kerupuk. ‘’dasar anak orang miskin, ngapain kamu sekolah ntar klo gede
juga bakalan jadi penjual kerupuk lagi. Hahahahha..’’ ejek Roy, anak orang kaya
di sekolahnya. Semua teman-temannya ikut tertawa mengejek Amin. Amin hanya diam
dan tidak menanggapi ejekan teman-temannya. Di sekolah amin hanya punya satu
teman akrab yaitu Asri anak pengusaha kaya dari jakarta yang tinggal di Malang.
Walaupun anak orang kaya.
Asri adalah pribadi yang baik, santun, dan tidak sombong
dia tidak memandang teman dari kekayaan atau kekuasaannya. Asri adalah bidadari
di sekolah yang berhati selembut sutra. Asri sangat dekat sekali dengan Amin
karena Asri memandang bahawa Amin adalah teman yang berhati mutiara yang pernah
ia kenal. Asri selalu membela amin dan menguatkan hati Amin saat Amin dihina
dan dicacimaki temannya.
Keringat deras membasahi seluruh badan Amin, sampailah
amin di tempat ia menimba ilmu, tempat ia mengumpulkan ilmu untuk mengapai
cita-cita yang selama ini ia perjuangkan. Suasana sekolah masih sepi. Disana
hanya terlihat pak tarno penjaga sekolah yang sedang mengumpilkan dedaunan yang
berserakan. Amin mengistirahatkan badannya yang penuh keringat sambil membaca
buku di bawah pohon beringin yang rindang. Beberapa menit kemudian
teman-temannya datang satu persatu memasuki kelas. Kriing... Kriing..Kriing!!! seketika
suasana sekolah yang hening berubah menjadi ramai, banyak siswa-siswi yang
datang pas bel berbunyi. Semuanya berlarian menuju kelas masing masing.
Jam pelajaran pertama dimulai, pada waktu itu mata
pelajaran Bahasa Indonesia. ‘’Anak-anak, hari ini coba kalian tulis cita-cita
kalian masing-masing di selembar kertas, dan bacakan dihadapan teman-teman
kalian!. Mengerti?” kata Pak Imam selaku guru bahasa Indonesia. “Mengerti Pak!”
saud seluruh murid di kelas. Amin mulai menggoreskan tinta diatas kertanya
dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati. ‘’Ayo yang pertama Roy, sekarang
bacakan cita-cita kalian yang telah kamu tulis itu!”. Ucap Pak Imam. “Saya
bercita-cita ingin menjadi tentara. Karena saya mempunyai tubuh yang kekar dan
ideal ditambah lagi saya anak seorang perwira TNI”. Roy membaca dengan lantang
dan percaya diri. Seluruh murid bertepuk tangan dan bersorak meriah. “Bagus
sekali, Selanjutnya kamu Asri coba bacakan dihadapan teman-temanmu.’’ Saud Pak
Imam.
“Saya
bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses dengan meneruskan restoran ayah”.
Asri membacakan dengan penuh kelembutan. “Bagus sekali Asri, kamu memang pantas
menjadi penerus usaha ayahmu karna kerajinan dan kedisplinanmu.” Tegas Pak Imam.
Satu persatu siswa-siswi maju membacakan cita-cita yang telah mereka tulis. Dan
semua memiliki cita-cita yang tinggi. “Sekarang yang terkhir kamu Amin, silakan
bacakan cita-citamu dihadapan teman-temanmu”. Ucap Pak Imam. Amin menghirup
nafas dalam-dalam. “ Saya bercita-cita ingin membahagiakan orang tua saya”.
Suasana tiba-tiba hening. “apakah cita-citamu hanya itu Amin?”. Saud Pak Imam.
Amin kembali berkata “Saya ingin menjadi pengusaha kerupuk yang sukses dan
mengajak orang tua saya keliling dunia dengan usaha saya ini”. Seketika murid
dalam kelas tertawa terbahak-bahak yang di awali oleh Roy yang mengejek
cita-cita Amin “Hei Amin, dasar anak miskin. Mana bisa kamu keliling dunia
hanya dengan berjualan kerupuk.” Roy mengejek dengan lantang.
“Pasti bisa , Amin kan anak yang tekun dan pantang
menyerah.” Asri tiba-tiba memotong perkataan Roy. “Harap tenang anak-anak! Ada
benarnya apa yang dikatakan Asri, dan saya kagum dengan cita-cita Amin yang
sangat luar biasa. Kita sebagai generasi muda harus mempunyai cita-cita yang
tinggi dan cita-cita tersebut harus diimbangi dengan usaha yang sungguh-sungguh
dan pantang menyerah. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin asal kita mau
berusaha sungguh-sungguh.” Tegas Pak Imam mendinginkan suasana. Kelas kembali
berlangsung normal hingga pulang sekolah.
Sepulang sekolah Amin langsung menuju toko dan
warung-warung yang dititipi kurupuk dan kerupuknya ternyata habis terjual
semua. “Min, kerupukmu laris manis. Banyak pelangganku yang suka. Katanya kriuk
kriuk maknyuus.” Ucap pemilik warung sambil memberikan uang hasil penjualan
kerupuknya. Uang Hasil penjualan itu sebagian diberikan kepada si pemilik toko
sebagai imbalannya.
Amin pulang ke
rumah saat langit kemerah-merahan dan mulai menjadi kegelapan pekat. Di rumah
Amin tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar. Ia mengerjakan seluruh tugas
sekolah dengan sungguh. “Amiin, sini nak!” ayahnya tiba-tiba memanggilnya saat
Amin sedang mengerjakan tugas. “Ada apa Yah?” jawab Amin dengan lembut. “gimana
sekolahmu tadi nak, lancar dan baik-baik saja kan?” tanya Ayahnya.
“Alhamdulillah baik saja Yah.” Jawab Amin sambil senyum ke Ayahnya. Amin tidak
pernah menceritakan ejekan teman-temannya yang bertubi-tubi merobek hati lembut
Amin. Dia berusaha menjaga perasaan orang tuanya agar tidak merasakan kesedihan
yang sama.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun
berganti tahun. Amin kini menginjak jenjang akhir sekolah menengah atas. Orang
tuanya semakin tua dan semakin rentan terkena penyakit. Terutama ayahnya yang
divonis dokter menderita penyakit jantung. Ayahnya sering dilarikan ke rumah
sakit namun tidak pernah dirawat inap di rumah sakit karena biayanya yang
mahal. Sehingga Amin harus mondar-mandir mengantar ayahnya ke rumah sakit.
Keadaan tersebut membuat sekolah Amin sedikit
terganggu. Namun Amin tidak menjadikan orang tuanya alasan prestasinya menurun.
Amin berusaha tetap menjadi yang terbaik di sekolahnya. Amin selalu menjadi
yang terbaik disekolahnya mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas
yang kini ia duduki.
Ujian Nasional tingkat SMA akan dilaksanakan sekitar
satu bulan lagi. Seluruh murid kelas 12 serentak mendalami materi dengan cara
les di lembaga bimbingan belajar setempat dan ada juga yang les privat di
rumanya. Amin belajar sendiri di rumah sambil merawat ayahnya yang
sakit-sakitan. Ia menjadikan keadaan tersebut sebagai motivasi untuk meraih
kesuksesannya. Dia benar-benar ingin membahagiakan orang tuanya dan membuat
orang tuanya merasa bangga memiliki seorang anak yang sukses. Tengah malam saat
udara dingin mencapai puncaknya air seakan menjadi bongkahan es yang telah
leleh, Amin mengambil air dan berwudlu setelah itu melaksanakan sholat malam
dan berdoa kedapa Tuhan agar semua cita-citanya di kabulkan.
Sebulan telah berlalu, inilah saat-saat yang menjadi
puncak ujian di sekolah. Amin dan teman-temannya didampingi para guru menggelar
doa bersama mengharap kesuksesan ujian nasional. Semuanya berdoa
sungguh-sungguh hingga tak sedikit yang meneteskan air mata.
Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
dimulai. Semuanya mengerjakan dengan sunguh-sungguh dan berharap penuh mendapat
nilai UN yang terbaik. Namun, berbeda dengan Amin. Amin menganggap Ujian
Nasional adalah ujian untuk menguji kemampuan kita selama 3 tahun ini. Bukan
ajang untuk mendapatkan nilai terbaik. Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) telah usai tinggal menunggu pengumuman. Semua hati murid berdebaran
seakan mau copot takut nilai UN-nya tidak memuaskan. Dan Ada juga yang merasa
percaya diri bahwa dia akan mendapat nilai yang terbaik.
Asri merasa tenang namun persaan cemas masih melekat
dibenaknya. Dia tenang karena merasa apa yang telah dikerjakan sudah dilakukan
dengan sekuat-tenaga. Namun, disisi lain dia merasa cemas karena apa yang telah
iya kerjakan tidak sesuai dengan harapan. Berbeda dengan Roy, dia merasa paling
jago saat Ujian Nasional karena dia telah dibimbing oleh guru privat. Dia yakin
akan jadi yang terbaik di sekolahnya.
Beberapa bulan telah berlalu dan kini tiba saat yang
ditunggu-tunggu para pelajar SMA. Ialah pengumuman hasil Ujian Nasional tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA). Seluruh murid kelas 12 bersorak gembira karena
seluruh murid disekohnya lulus. Dan pada saat itulah Nama Amin menjadi pusat
perbincangan. Amin menjadi siswa peraih nilai Ujian Nasional tertinggi
se-Indonesia. Sosok Amin yang awalnya dipandang sebelah mata berubah menjadi
pusat pandangan banyak orang. Dan teman dekatnya Asri menjadi peraih nilai
Ujian Nasional tertinggi setelah Amin. Sedangkan Roy yang merasa dia akan jadi
yang terbaik disekolahnya malah tidak mendapat peringkat 10 besar di
sekolahnya.
Prosesi wisuda digelar dan Amin dinobatkan sebagai
bintang pelajar saat itu. Semuanya kagum dan terharu melihat kesuksesan Amin di
sekolah yang diketahui semuanya berkat semangat dan kesungguhannya saat
menuntut ilmu di sekolah. Ia pulang membawa kebahagiaan, Ia pulang membawa
piagam penghargaan untuk di tunjjukkan ke orang tuanya. Sesampainya di rumah,
Amin memeluk kedua orang tuanya yang selama ini membimbingnya dalam kebaikan
dan menanamkan rasa semangat pantang menyerah dalam dirinya. Amin mencium
telapak kaki ibunya sambil menangis berterimakasih. Ayah dan Ibunya tak kuasa
menahan tangis kebahagian yang begitu Luar biasa.
Amin meneruskan studinya ke jenjang selanjutnya yaitu
di Universitas Negeri favorit dengan jalur beasiswa. Amin memilih program studi
bahasa inggris karena ia mempunyai cita-cita keliling dunia. Saat kuliah Amin
tidak berhenti meneruskan usaha ayahnya berjualan kerupuk. Amin mengembangkan
usaha ayahnya dengan membuat semacam industri pemuatan kerupuk kecil yang
merekrut pegawai dari wilayah sekitar tempat tinggalnya. Amin memajukan usaha
orang tuanya itu karena kerupuknya laris terjual dan memiliki banyak pelanggan.
Seiring berjalannya waktu, usaha berjualan kerupuk Amin
meningkat pesat. Kini pegawai Amin berjumlah 80 orang. Semakin lama pegawai
amin bertambah dan Amin membuka lapangan kerja lebih luas dan menyerap banyak
pegawai kemudian Amin berinovasi membuat kerupuk yang awalnya hanya dari tepung
menjadi berbagai kerupuk dari
bermacam-macam bahan seperti berbagai jenis ikan, tempe, tahu, kulit sapi dan
lain sebaginya. Kerupuk Amin terkenal hingga keluar kota dan mengundang banyak
orang untuk merasakan kelezatan kerupuk Amin.
Disamping menekuni usahanya berjualan kerupuk ia tetap
semangat menyelesaikan kuliahnya. Kini kehidupan keluarga Amin terrcukupi
berkat hasil penjualan kerupuknya yang diminati banyak orang. Amin
menyelesaikan semua tugas kuliahnya dengan sempurna dia selalu mendapat nilai
baik. Dan menjadi yang terbaik diantara teman-temannya.
Amin lulus S1 jurusan bahasa inggris dengan meraih
nilai IP sempurna. yang membuatnya menyandang gelar mahhasiswa terbaik di
Universitasnya. Hal tersebut membuat Amin kembali memperoleh beasiswa untuk
melanjutkan kuliah S2 bahasa inggris. Dan Amin memilih untuk melanjutkan kuliah
untuk mengejar cita-cita yang sudah nampak di pandangannya.
Usaha kerupuk Amin semakin pesat. Kini ia telah
memiliki pegawai sejumlah 450 orang. Karena banyak pesanan dari luar kota, Amin
mulai membuka cabang usaha di luar kota dan mengirimkan pekerjanya ke luar
kota. Perkembangan usaha Amin bagaikan gula yang dikerumuni semut-semut.
Semakin lama berita kelezatan kerupuk amin menyebar luas sampai luar daerah.
Dan Amin tak tinggal diam. Dia kembali membuka cabang pembuatan kerupuk di luar
daerah dan merekrut banyak pekerja untuk dikirim ke luar daerah.
Amin juga harus tetap fokus dengan studinya. Dia tetap
konsisten mengerjakan segala tugas perkuliahan yang diterimanya. Dia juga tak
lupa senantiasa bangun malam dan sholat malam untuk bermunajat dengan Tuhan,
untuk memohon kepada Tuhan. Dan senantiasa meminta restu kedua orang tuanya.
Tak sia-sia usaha yang dilakukan Amin. Ia telah
menyelesaikan semua tugas pendidikan S2-nya. Amin telah dinyatakan lulus dan
tinggal menunggu prosesi wisuda. Ia juga senantiasa mengembangkan usahanya.
Usaha kerupuk Amin terus saja meningkat. Banyak sekali pesanan dari berbagai
kota dan berbagai daerah. Amin semakin seibuk menambah pegawainya. Kini
pegawainya berjumlah sekitar 1200 orang yang tersebar di berbagai kota dan
berbagi daerah di Indonesia.
Prosesi wisuda telah dimulai. Amin kembali pusat
perhatian karena sebagian banyak orang mengenal Amin sebagai penjual kerupuk
yang sangat sukses di Indonesia. Dan Amin kembali menjadi mahasiswa terbaik.
Namun, kini Amin mendapat suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Amin
mendapat beasiswa S3 keluar negeri, tepatnya di Universitas Cambridge, London,
Inggris. Ini adalah kesempatan yang sangat didambakan dalam hidupnya. Inilah
langkah awal dia bisa membuat cita-citanya menjadi kenyataan yaitu untuk
keliling dunia. Amin mengajak orang tuanya untuk tinggak di London. Untuk
menemaninya dan menjadikan Amin termotivasi untuk terus mewujudkan cita-citanya
yang sudah didepan mata.
Amin membeli sebuah rumah disana dan memulai kuliah
S3-nya dengan penuh semangat. Disampaing kuliah ia tetap menjalakan bisnisnya
dengan memantau dari London. Amin mempunyai pegawai yang tugasnya menjalankan
dan mengatur kondisi ushanya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Amin disana tidak menyukai makan eropa yang tidak pas dilidahnya. “Rasanya
sangat aneh, aku tak habis pikir kenapa harganya begitu mahal.’’ Guman Amin
sambil mengunyah makanan eropa perlahan-lahan. Akhirnya dia berfikir gimana
caranya makanan Indonesia tersebar di seluruh dunia agar para pelancong dari
Indonesia tetap bisa menikmati kuliner asli negaranya di negara orang lain.
Amin mengirim para pegawai profesional yang mahir
dalam bahasa ingris untuk datang ke eropa dan Amin mendirikan restoran-restoran
di beberapa daerah di London yang isinya kuliner asli Indonesia. Dan menu
utamanya adalah olahan kerupuk terlezat buatannya. Seiring berjalannya waktu
restoran Amin di penuhi banyak pengunjung yang penasaran dengan kuliner asli
Indonesia. Alhasil menu yang paling disukai adalah menu yang terdapat kerupuk
Amin yang menurutnya begitu lezat dan mempunyai rasa yang fantastis. Mendengar
berita tersebut masyarakat London berbondong-bondong datang ke restorannya dan
tak sedikit yang memesan kerupuk buatan Amin itu. Aminpun mulai membuka cabang
di berbagai daerah di Inggris untuk mengimbangi pesanan yang membeludak.
Setelah kerupuk Amin terkenal di seluruh peslosok
Inggris. Amin termotivasi untuk membuka cabang di seluruh dunia. Begitu mujur
nasib amin. Kerupuknya sangat laris di berbagai negara. Amin tak sekali
mengunjungi negara-negara pemesan di dunia. Berkali-kali ia melakukan jumpa
dengan para pelanggan dan pemilik restoran yang ada di berbagai negara. Amin
tak lupa untu selalu mengajak orang tuanya kemana ia pergi.
Suatu ketika Amin saat amin berkunjung ke Amerika. Amin
bertemu gadis cantik yang tak asing dalam pikirannya. “Siapakah gerangan dia
yang tiba-tiba menggetarkan hatiku.” Ujar Amin. Amin menemui gadis cantik itu
dan mengajaknya berbincang-bincang. Setelah beberapa jam berbincang-bincang
asyik Ia sadar bahwa gadis yang ia ajak bicara adalah Asri teman dekatnya di
SMA. Amin kaget dan hampir tidak percaya. Begitu juga Asri yang kaget Amin ada
di Amerika dengan memakai jas dan berpenampilan layaknya pengusaha kaya raya.
Ternyata Asri ke Amerika untuk melakukan kunjungan ke
restoran ayahnya yang ada di Amerika. Asri sebagai penerus tunggal usaha
Ayahnya. Asri mulai mengungkapkan persaannya yang selam ini ia pendam. Ia
mengungkapakan persaan bahwa dia sangat cinta dan menyayangi Amin. Namun pada
saat SMA Asri tidak berani mengungkapkannya karena takut mengganggu masa depan
Amin. Dan Amin pun ternyata juga cinta dan sayang kepada Asri dan pada saat itu
Amin tidak berani mengungkapkannya karena merasa dirinya tidak pantas.
Beberapa bulan mulai mereka berdua jalani bersama.
Benih-benih cinta pun mulai tumbuh subur. Dan Akhirnya Amin menyatakan untuk
mempersunting Asri. Dan kedua orang tua merekapun setuju. Amin telah berhasil
menggapai cita-citanya dan Amin kini menjadi orang yang dikenal banyak orang di
dunia.
Kehidupan Amin berubah derastis kini orang tua Amin
hidup makmur berkat kesuksesan anak semata wayangnya. “Amin engkaulah permata kami satu-satunya
yang membuat kami bahagia luar biasa, kami sangat bangga padamu, Nak.” Ucap
ayahnya yang sambil menangis bahagia. “Benar yang dikatakan Ayahmu, Min. Kami
sangat bangga padamu.’’ Saud Ibunya dengan terbata-bata menangis bahagia. Amin
langsung memeluk kedua orang tuanya dengan erat sambil mengucap ‘’terima kasih
pak, bu berkat doa kalianlah yang membuatAmin bisa jadi seperti ini.
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar