Minggu, 04 Oktober 2015

Cerpen-Motivasi jadi kaya



PENJUAL KERUPUK KELILING DUNIA
-Sadam Rahmadianto-


Keringat deras mengalir di tubuh anak muda itu. Dia mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga dan melaju sangat kencang. Dia sedang mengejar waktu, dia sedang berpacuh dengan waktu. Dia harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang anak dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Semua kewajibannya dilaksakannya dengan penuh semangat untuk meraih cita-citanya yaitu mengelilingi dunia dengan usahanya sendiri. Dialah Amin pemuda penjual kerupuk yang tak kenal kata menyerah.
Fajar mulai terbit, malam yang menyisahkan kabut yang sangat tebal, udara dingin menyelimuti kegelapan, Amin, ayah dan ibunya bersama-sama membuat adonan kerupuk untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari. Memulai dengan mencampurkan semua bahan yang telah diracik dan menaruh harapan agar semua kerupuknya terjual. Paginya Amin mengantar semua kerupuknya ke toko dan warung-warung untuk dititipkan agar mudah terjual secara merata dan malamnya dia mengambil hasil penjualan kerupuk dimasing-masing toko. Dengan sepeda ontelnyalah Amin pergi mengantar semua kerupuk itu. Setelah mengantar semua kerupuk tersebut Amin harus melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar sekolah menengah atas di Kabupaten Malang. Ia harus datang kesekolah tepat waktu oleh sebab itu Amin harus mengantar semua kerupuknya sebelum sang surya memancarkan sinarnya yang menandakan dimulainya aktifitas manusia.
Disekolah, Amin terkenal sebagai anak yang pandai dan disiplin. Guru-guru di sekolanya sangat mengerti keadaan ekonomi keluarga Amin. Mereka selalu memberi motivasi kepada Amin agar Amin tetap semangat dan dapat meraih cita-citanya dengan semangatnya yang pantang menyerah. Tapi mirisnya ia sering diejek teman-temannya karena anak orang miskin yang bekjerja sebagai punjual kerupuk. ‘’dasar anak orang miskin, ngapain kamu sekolah ntar klo gede juga bakalan jadi penjual kerupuk lagi. Hahahahha..’’ ejek Roy, anak orang kaya di sekolahnya. Semua teman-temannya ikut tertawa mengejek Amin. Amin hanya diam dan tidak menanggapi ejekan teman-temannya. Di sekolah amin hanya punya satu teman akrab yaitu Asri anak pengusaha kaya dari jakarta yang tinggal di Malang. Walaupun anak orang kaya.  
Asri adalah pribadi yang baik, santun, dan tidak sombong dia tidak memandang teman dari kekayaan atau kekuasaannya. Asri adalah bidadari di sekolah yang berhati selembut sutra. Asri sangat dekat sekali dengan Amin karena Asri memandang bahawa Amin adalah teman yang berhati mutiara yang pernah ia kenal. Asri selalu membela amin dan menguatkan hati Amin saat Amin dihina dan dicacimaki temannya.
Keringat deras membasahi seluruh badan Amin, sampailah amin di tempat ia menimba ilmu, tempat ia mengumpulkan ilmu untuk mengapai cita-cita yang selama ini ia perjuangkan. Suasana sekolah masih sepi. Disana hanya terlihat pak tarno penjaga sekolah yang sedang mengumpilkan dedaunan yang berserakan. Amin mengistirahatkan badannya yang penuh keringat sambil membaca buku di bawah pohon beringin yang rindang. Beberapa menit kemudian teman-temannya datang satu persatu memasuki kelas. Kriing... Kriing..Kriing!!! seketika suasana sekolah yang hening berubah menjadi ramai, banyak siswa-siswi yang datang pas bel berbunyi. Semuanya berlarian menuju kelas masing masing.
Jam pelajaran pertama dimulai, pada waktu itu mata pelajaran Bahasa Indonesia. ‘’Anak-anak, hari ini coba kalian tulis cita-cita kalian masing-masing di selembar kertas, dan bacakan dihadapan teman-teman kalian!. Mengerti?” kata Pak Imam selaku guru bahasa Indonesia. “Mengerti Pak!” saud seluruh murid di kelas. Amin mulai menggoreskan tinta diatas kertanya dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati. ‘’Ayo yang pertama Roy, sekarang bacakan cita-cita kalian yang telah kamu tulis itu!”. Ucap Pak Imam. “Saya bercita-cita ingin menjadi tentara. Karena saya mempunyai tubuh yang kekar dan ideal ditambah lagi saya anak seorang perwira TNI”. Roy membaca dengan lantang dan percaya diri. Seluruh murid bertepuk tangan dan bersorak meriah. “Bagus sekali, Selanjutnya kamu Asri coba bacakan dihadapan teman-temanmu.’’ Saud Pak Imam.
 “Saya bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses dengan meneruskan restoran ayah”. Asri membacakan dengan penuh kelembutan. “Bagus sekali Asri, kamu memang pantas menjadi penerus usaha ayahmu karna kerajinan dan kedisplinanmu.” Tegas Pak Imam. Satu persatu siswa-siswi maju membacakan cita-cita yang telah mereka tulis. Dan semua memiliki cita-cita yang tinggi. “Sekarang yang terkhir kamu Amin, silakan bacakan cita-citamu dihadapan teman-temanmu”. Ucap Pak Imam. Amin menghirup nafas dalam-dalam. “ Saya bercita-cita ingin membahagiakan orang tua saya”. Suasana tiba-tiba hening. “apakah cita-citamu hanya itu Amin?”. Saud Pak Imam. Amin kembali berkata “Saya ingin menjadi pengusaha kerupuk yang sukses dan mengajak orang tua saya keliling dunia dengan usaha saya ini”. Seketika murid dalam kelas tertawa terbahak-bahak yang di awali oleh Roy yang mengejek cita-cita Amin “Hei Amin, dasar anak miskin. Mana bisa kamu keliling dunia hanya dengan berjualan kerupuk.” Roy mengejek dengan lantang.
“Pasti bisa , Amin kan anak yang tekun dan pantang menyerah.” Asri tiba-tiba memotong perkataan Roy. “Harap tenang anak-anak! Ada benarnya apa yang dikatakan Asri, dan saya kagum dengan cita-cita Amin yang sangat luar biasa. Kita sebagai generasi muda harus mempunyai cita-cita yang tinggi dan cita-cita tersebut harus diimbangi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan pantang menyerah. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin asal kita mau berusaha sungguh-sungguh.” Tegas Pak Imam mendinginkan suasana. Kelas kembali berlangsung normal hingga pulang sekolah.
Sepulang sekolah Amin langsung menuju toko dan warung-warung yang dititipi kurupuk dan kerupuknya ternyata habis terjual semua. “Min, kerupukmu laris manis. Banyak pelangganku yang suka. Katanya kriuk kriuk maknyuus.” Ucap pemilik warung sambil memberikan uang hasil penjualan kerupuknya. Uang Hasil penjualan itu sebagian diberikan kepada si pemilik toko sebagai imbalannya.
 Amin pulang ke rumah saat langit kemerah-merahan dan mulai menjadi kegelapan pekat. Di rumah Amin tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar. Ia mengerjakan seluruh tugas sekolah dengan sungguh. “Amiin, sini nak!” ayahnya tiba-tiba memanggilnya saat Amin sedang mengerjakan tugas. “Ada apa Yah?” jawab Amin dengan lembut. “gimana sekolahmu tadi nak, lancar dan baik-baik saja kan?” tanya Ayahnya. “Alhamdulillah baik saja Yah.” Jawab Amin sambil senyum ke Ayahnya. Amin tidak pernah menceritakan ejekan teman-temannya yang bertubi-tubi merobek hati lembut Amin. Dia berusaha menjaga perasaan orang tuanya agar tidak merasakan kesedihan yang sama.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Amin kini menginjak jenjang akhir sekolah menengah atas. Orang tuanya semakin tua dan semakin rentan terkena penyakit. Terutama ayahnya yang divonis dokter menderita penyakit jantung. Ayahnya sering dilarikan ke rumah sakit namun tidak pernah dirawat inap di rumah sakit karena biayanya yang mahal. Sehingga Amin harus mondar-mandir mengantar ayahnya ke rumah sakit.
Keadaan tersebut membuat sekolah Amin sedikit terganggu. Namun Amin tidak menjadikan orang tuanya alasan prestasinya menurun. Amin berusaha tetap menjadi yang terbaik di sekolahnya. Amin selalu menjadi yang terbaik disekolahnya mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yang kini ia duduki.
Ujian Nasional tingkat SMA akan dilaksanakan sekitar satu bulan lagi. Seluruh murid kelas 12 serentak mendalami materi dengan cara les di lembaga bimbingan belajar setempat dan ada juga yang les privat di rumanya. Amin belajar sendiri di rumah sambil merawat ayahnya yang sakit-sakitan. Ia menjadikan keadaan tersebut sebagai motivasi untuk meraih kesuksesannya. Dia benar-benar ingin membahagiakan orang tuanya dan membuat orang tuanya merasa bangga memiliki seorang anak yang sukses. Tengah malam saat udara dingin mencapai puncaknya air seakan menjadi bongkahan es yang telah leleh, Amin mengambil air dan berwudlu setelah itu melaksanakan sholat malam dan berdoa kedapa Tuhan agar semua cita-citanya di kabulkan.
Sebulan telah berlalu, inilah saat-saat yang menjadi puncak ujian di sekolah. Amin dan teman-temannya didampingi para guru menggelar doa bersama mengharap kesuksesan ujian nasional. Semuanya berdoa sungguh-sungguh hingga tak sedikit yang meneteskan air mata.
Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dimulai. Semuanya mengerjakan dengan sunguh-sungguh dan berharap penuh mendapat nilai UN yang terbaik. Namun, berbeda dengan Amin. Amin menganggap Ujian Nasional adalah ujian untuk menguji kemampuan kita selama 3 tahun ini. Bukan ajang untuk mendapatkan nilai terbaik. Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) telah usai tinggal menunggu pengumuman. Semua hati murid berdebaran seakan mau copot takut nilai UN-nya tidak memuaskan. Dan Ada juga yang merasa percaya diri bahwa dia akan mendapat nilai yang terbaik.
Asri merasa tenang namun persaan cemas masih melekat dibenaknya. Dia tenang karena merasa apa yang telah dikerjakan sudah dilakukan dengan sekuat-tenaga. Namun, disisi lain dia merasa cemas karena apa yang telah iya kerjakan tidak sesuai dengan harapan. Berbeda dengan Roy, dia merasa paling jago saat Ujian Nasional karena dia telah dibimbing oleh guru privat. Dia yakin akan jadi yang terbaik di sekolahnya.
Beberapa bulan telah berlalu dan kini tiba saat yang ditunggu-tunggu para pelajar SMA. Ialah pengumuman hasil Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Seluruh murid kelas 12 bersorak gembira karena seluruh murid disekohnya lulus. Dan pada saat itulah Nama Amin menjadi pusat perbincangan. Amin menjadi siswa peraih nilai Ujian Nasional tertinggi se-Indonesia. Sosok Amin yang awalnya dipandang sebelah mata berubah menjadi pusat pandangan banyak orang. Dan teman dekatnya Asri menjadi peraih nilai Ujian Nasional tertinggi setelah Amin. Sedangkan Roy yang merasa dia akan jadi yang terbaik disekolahnya malah tidak mendapat peringkat 10 besar di sekolahnya.
Prosesi wisuda digelar dan Amin dinobatkan sebagai bintang pelajar saat itu. Semuanya kagum dan terharu melihat kesuksesan Amin di sekolah yang diketahui semuanya berkat semangat dan kesungguhannya saat menuntut ilmu di sekolah. Ia pulang membawa kebahagiaan, Ia pulang membawa piagam penghargaan untuk di tunjjukkan ke orang tuanya. Sesampainya di rumah, Amin memeluk kedua orang tuanya yang selama ini membimbingnya dalam kebaikan dan menanamkan rasa semangat pantang menyerah dalam dirinya. Amin mencium telapak kaki ibunya sambil menangis berterimakasih. Ayah dan Ibunya tak kuasa menahan tangis kebahagian yang begitu Luar biasa.
Amin meneruskan studinya ke jenjang selanjutnya yaitu di Universitas Negeri favorit dengan jalur beasiswa. Amin memilih program studi bahasa inggris karena ia mempunyai cita-cita keliling dunia. Saat kuliah Amin tidak berhenti meneruskan usaha ayahnya berjualan kerupuk. Amin mengembangkan usaha ayahnya dengan membuat semacam industri pemuatan kerupuk kecil yang merekrut pegawai dari wilayah sekitar tempat tinggalnya. Amin memajukan usaha orang tuanya itu karena kerupuknya laris terjual dan memiliki banyak pelanggan.
Seiring berjalannya waktu, usaha berjualan kerupuk Amin meningkat pesat. Kini pegawai Amin berjumlah 80 orang. Semakin lama pegawai amin bertambah dan Amin membuka lapangan kerja lebih luas dan menyerap banyak pegawai kemudian Amin berinovasi membuat kerupuk yang awalnya hanya dari tepung menjadi  berbagai kerupuk dari bermacam-macam bahan seperti berbagai jenis ikan, tempe, tahu, kulit sapi dan lain sebaginya. Kerupuk Amin terkenal hingga keluar kota dan mengundang banyak orang untuk merasakan kelezatan kerupuk Amin.
Disamping menekuni usahanya berjualan kerupuk ia tetap semangat menyelesaikan kuliahnya. Kini kehidupan keluarga Amin terrcukupi berkat hasil penjualan kerupuknya yang diminati banyak orang. Amin menyelesaikan semua tugas kuliahnya dengan sempurna dia selalu mendapat nilai baik. Dan menjadi yang terbaik diantara teman-temannya.
Amin lulus S1 jurusan bahasa inggris dengan meraih nilai IP sempurna. yang membuatnya menyandang gelar mahhasiswa terbaik di Universitasnya. Hal tersebut membuat Amin kembali memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2 bahasa inggris. Dan Amin memilih untuk melanjutkan kuliah untuk mengejar cita-cita yang sudah nampak di pandangannya.
Usaha kerupuk Amin semakin pesat. Kini ia telah memiliki pegawai sejumlah 450 orang. Karena banyak pesanan dari luar kota, Amin mulai membuka cabang usaha di luar kota dan mengirimkan pekerjanya ke luar kota. Perkembangan usaha Amin bagaikan gula yang dikerumuni semut-semut. Semakin lama berita kelezatan kerupuk amin menyebar luas sampai luar daerah. Dan Amin tak tinggal diam. Dia kembali membuka cabang pembuatan kerupuk di luar daerah dan merekrut banyak pekerja untuk dikirim ke luar daerah.
Amin juga harus tetap fokus dengan studinya. Dia tetap konsisten mengerjakan segala tugas perkuliahan yang diterimanya. Dia juga tak lupa senantiasa bangun malam dan sholat malam untuk bermunajat dengan Tuhan, untuk memohon kepada Tuhan. Dan senantiasa meminta restu kedua orang tuanya.
Tak sia-sia usaha yang dilakukan Amin. Ia telah menyelesaikan semua tugas pendidikan S2-nya. Amin telah dinyatakan lulus dan tinggal menunggu prosesi wisuda. Ia juga senantiasa mengembangkan usahanya. Usaha kerupuk Amin terus saja meningkat. Banyak sekali pesanan dari berbagai kota dan berbagai daerah. Amin semakin seibuk menambah pegawainya. Kini pegawainya berjumlah sekitar 1200 orang yang tersebar di berbagai kota dan berbagi daerah di Indonesia.
Prosesi wisuda telah dimulai. Amin kembali pusat perhatian karena sebagian banyak orang mengenal Amin sebagai penjual kerupuk yang sangat sukses di Indonesia. Dan Amin kembali menjadi mahasiswa terbaik. Namun, kini Amin mendapat suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Amin mendapat beasiswa S3 keluar negeri, tepatnya di Universitas Cambridge, London, Inggris. Ini adalah kesempatan yang sangat didambakan dalam hidupnya. Inilah langkah awal dia bisa membuat cita-citanya menjadi kenyataan yaitu untuk keliling dunia. Amin mengajak orang tuanya untuk tinggak di London. Untuk menemaninya dan menjadikan Amin termotivasi untuk terus mewujudkan cita-citanya yang sudah didepan mata.
Amin membeli sebuah rumah disana dan memulai kuliah S3-nya dengan penuh semangat. Disampaing kuliah ia tetap menjalakan bisnisnya dengan memantau dari London. Amin mempunyai pegawai yang tugasnya menjalankan dan mengatur kondisi ushanya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Amin disana tidak menyukai makan eropa yang tidak pas dilidahnya. “Rasanya sangat aneh, aku tak habis pikir kenapa harganya begitu mahal.’’ Guman Amin sambil mengunyah makanan eropa perlahan-lahan. Akhirnya dia berfikir gimana caranya makanan Indonesia tersebar di seluruh dunia agar para pelancong dari Indonesia tetap bisa menikmati kuliner asli negaranya di negara orang lain.
Amin mengirim para pegawai profesional yang mahir dalam bahasa ingris untuk datang ke eropa dan Amin mendirikan restoran-restoran di beberapa daerah di London yang isinya kuliner asli Indonesia. Dan menu utamanya adalah olahan kerupuk terlezat buatannya. Seiring berjalannya waktu restoran Amin di penuhi banyak pengunjung yang penasaran dengan kuliner asli Indonesia. Alhasil menu yang paling disukai adalah menu yang terdapat kerupuk Amin yang menurutnya begitu lezat dan mempunyai rasa yang fantastis. Mendengar berita tersebut masyarakat London berbondong-bondong datang ke restorannya dan tak sedikit yang memesan kerupuk buatan Amin itu. Aminpun mulai membuka cabang di berbagai daerah di Inggris untuk mengimbangi pesanan yang membeludak.
Setelah kerupuk Amin terkenal di seluruh peslosok Inggris. Amin termotivasi untuk membuka cabang di seluruh dunia. Begitu mujur nasib amin. Kerupuknya sangat laris di berbagai negara. Amin tak sekali mengunjungi negara-negara pemesan di dunia. Berkali-kali ia melakukan jumpa dengan para pelanggan dan pemilik restoran yang ada di berbagai negara. Amin tak lupa untu selalu mengajak orang tuanya kemana ia pergi.
Suatu ketika Amin saat amin berkunjung ke Amerika. Amin bertemu gadis cantik yang tak asing dalam pikirannya. “Siapakah gerangan dia yang tiba-tiba menggetarkan hatiku.” Ujar Amin. Amin menemui gadis cantik itu dan mengajaknya berbincang-bincang. Setelah beberapa jam berbincang-bincang asyik Ia sadar bahwa gadis yang ia ajak bicara adalah Asri teman dekatnya di SMA. Amin kaget dan hampir tidak percaya. Begitu juga Asri yang kaget Amin ada di Amerika dengan memakai jas dan berpenampilan layaknya pengusaha kaya raya.
Ternyata Asri ke Amerika untuk melakukan kunjungan ke restoran ayahnya yang ada di Amerika. Asri sebagai penerus tunggal usaha Ayahnya. Asri mulai mengungkapkan persaannya yang selam ini ia pendam. Ia mengungkapakan persaan bahwa dia sangat cinta dan menyayangi Amin. Namun pada saat SMA Asri tidak berani mengungkapkannya karena takut mengganggu masa depan Amin. Dan Amin pun ternyata juga cinta dan sayang kepada Asri dan pada saat itu Amin tidak berani mengungkapkannya karena merasa dirinya tidak pantas.
Beberapa bulan mulai mereka berdua jalani bersama. Benih-benih cinta pun mulai tumbuh subur. Dan Akhirnya Amin menyatakan untuk mempersunting Asri. Dan kedua orang tua merekapun setuju. Amin telah berhasil menggapai cita-citanya dan Amin kini menjadi orang yang dikenal banyak orang di dunia.
Kehidupan Amin berubah derastis kini orang tua Amin hidup makmur berkat kesuksesan anak semata wayangnya.  “Amin engkaulah permata kami satu-satunya yang membuat kami bahagia luar biasa, kami sangat bangga padamu, Nak.” Ucap ayahnya yang sambil menangis bahagia. “Benar yang dikatakan Ayahmu, Min. Kami sangat bangga padamu.’’ Saud Ibunya dengan terbata-bata menangis bahagia. Amin langsung memeluk kedua orang tuanya dengan erat sambil mengucap ‘’terima kasih pak, bu berkat doa kalianlah yang membuatAmin bisa jadi seperti ini.


-Tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar